Bab IX
وَلَمَّا بَلَغَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعَ سِنِيْنَ خَرَجَتْ بِهِ أُمُّهُ إِلَى الْمَدِيْنَةِ
النَّبَوِيَّةِ
Ketika beliau
mencapai usia empat tahun, ibunya berangkat dengannya ke Madinah
ثُمَّ عَادَتْ فَوَافَتْهَا
بِالْأَبْوَاءِ أَوْ بِشِعْبِ الْحَجُوْنِ الْوَفَاة
Kemudian ia
kembali lalu wafat di Abwa’ atau Syi‘bul Hajun
وَحَمَلَتْهُ حَاضِنَتُهُ أُمُّ
أَيْمَنَ الْحَبَشِيَّةُ الَّتِيْ زَوَّجَهَا بَعْدُ مِنْ زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ
مَوْلَاهُ
Lalu beliau
dibawa oleh pengasuhnya, Ummu Aiman AlHabasyiah, yang nantinya beliau nikahkan
dengan Zaid bin Haritsah, maula (bekas budak) beliau
وَأَدْخَلَتْهُ عَلَى جَدِّهِ عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ فَضَمَّهُ إِلَيْهِ وَرَقَّ لَهُ وَأَعْلَى رُقِيَّهُ
Ummu Aiman
memasukkan beliau ke tempat kakeknya, Abdul Muthalib. Maka Abdul Muthalib
memeluknya dan ia sangat sayang kepadanya.
وَقَالَ: إِنَّ لاِبْنِيْ هٰذَا
لَشَأْنًا عَظِيْمًا فَبَخٍ بَخٍ لِمَنْ وَقَّرَهُ وَوَالَاهُ
Lalu ia
berkata, “Sesungguhnya anakku (cucuku) ini mempunyai kedudukan yang sangat
tinggi, maka beruntunglah orang yang menghormati dan memulia kannya.”
وَلَمْ تَشْكُ فِيْ صِبَاهُ جُوْعًا
وَلَا عَطَشًا قَطُّ نَفْسُهُ الْأَبِيَّةُ
Beliau, yang
enggan mengadu, tidak pernah mengadu lapar dan haus di waktu kanak-kanak.
وَكَثِيْرًا مَا غَدَا فَاغْتَذَى
بِمَاءِ زَمْزَمَ فَأَشْبَعَهُ وَأَرْوَاهُ
Sering kali
beliau pergi di waktu pagi lalu beliau minum (sebagai pengganti makan) air
zamzam, sehingga membuatnya kenyang dan segar.
وَلَمَّا أُنِيْخَتْ بِفِنَاءِ
جَدِّهِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ مَطَايَا الْمَنِيَّة
Ketika kematian
menjemput kakeknya, Abdul Muthalib,
كَفَلَهُ عَمُّهُ أَبُوْ طَالِبٍ
شَقِيْقُ أَبِيْهِ عَبْدِ الله
pamannya,
saudara kandung ayahnya, Abu Thalib, menanggungnya, dengan memeliharanya.
فَقَامَ بِكَفَالَتِهِ بِعَزْمٍ
قَوِيٍّ وَهِمَّةٍ وَحَمِيَّةٍ وَقَدَّمَهُ عَلَى النَّفْسِ وَالْبَنِيْنَ
وَرَبَّاهُ
Ia melaksanakan
penanggungan itu dengan kemauan keras dan penuh semangat. Abu Thalib
mendahulukan beliau dibandingkan dirinya dan anak-anaknya, dan ia juga
mendidiknya.
وَلَمَّا بَلَغَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِثْنَى عَشَرَ سَنَةً رَحَلَ بِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَمُّهُ إِلَى الْبِلَادِ الشَّامِيَّةِ
Saat beliau mencapai umur dua belas tahun,
pamannya membawanya pergi ke negeri Syam. Dan ia berkata,
“Aku yakin, beliau adalah pemimpin seluruh alam, utusan Allah, dan nabi-Nya.
وَعَرَفَهُ الرَّاهِبُ بَحِيْرَا
بِمَا حَازَهُ مِنْ وَصْفِ النُّبُوَّةِ وَحَوَاهُ
Pendeta Buhaira mengenalnya karena sifat
kenabian yang ada pada diri beliau.
وَقَالَ: إِنِّيْ أَرَاهُ سَيِّدَ
الْعَالَمِيْنَ وَرَسُوْلَ اللهِ وَنَبِيَّهُ
Dan ia berkata,
“Aku yakin, beliau adalah pemimpin seluruh alam, utusan Allah, dan nabi-Nya.
قَدْ سَجَدَ لَهُ الشَّجَرُ
وَالْحَجَرُ وَلَا يَسْجُدَانِ إِلَّا لِنَبِيٍّ أَوَّاهُ
Pohon dan batu
sujud kepadanya, padahal keduanya tidak sujud kecuali kepada nabi yang selalu
kembali kepada Allah.
وَإِنَّا لَنَجِدُ نَعْتَهُ فِي
الْكُتُبِ الْقَدِيْمَةِ السَّمَاوِيَّةِ
Sesungguhnya
kami mendapati sifatnya di dalam kitab samawi yang terdahulu.”
وَبَيْنَ كَتِفَيْهِ خَاتَمُ
النُّبُوَّةِ قَدْ عَمَّهُ النُّوْرُ وَعَلَاهُ
Di antara kedua
bahunya terdapat cap kenabian yang telah diratai oleh cahaya.
وَأَمَرَ عَمَّهُ بِرَدِّهِ إِلَى
مَكَّةَ تَخَوُّفًا عَلَيْهِ مِنْ أَهْلِ دِيْنِ الْيَهُوْدِيَّةِ
Pendeta itu
menyuruh pamannya untuk mengembalikannya ke Makkah, karena mengkhawatirkan
beliau dari perlakuan para pemeluk agama Yahudi.
فَرَجَعَ بِهِ وَلَمْ يُجَاوِزْ مِنَ
الشَّامِ الْمُقَدَّسِ بُصْرَاهُ
Maka Abu Thalib
membawa pulang beliau dari Syam yang suci tidak melalui Bashrah.
﴿عَطِّرِ اللّٰهُمَّ
قَبْرَهُ الْكَرِيْمَ، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْمٍ﴾
“Ya Allah…harumkanlah kubur Baginda yang mulia dengan haruman yang
semerbak berupa sholawat dan salam”
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيهِ
"Ya Allah, curahkanlah rahmat takzim,
salam sejahtera serta keberkahan kepadanya”
Bab X
وَلَمَّا بَلَغَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ سَنَةً سَافَرَ إِلَى بُصْرَى فِيْ
تِجَارَةٍ لِخَدِيْجَةَ الْفَتِيَّةِ
Ketika mencapai usia dua puluh lima tahun, beliau berpergian ke
Bashrah untuk memperdagangkan barang-barang Khadijah, seorang wanita yang
tertutup (karena selalu di rumah). Kemudian pendeta itu berkata kepada
Maisarah, “Apakah pada kedua matanya terdapat tanda kemerah-merahan yang
menunjukkan tanda yang tersembunyi (samar)?”
وَمَعَهُ غُلَامُهَا مَيْسَرَةُ
يَخْدِمُهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَيَقُوْمُ بِمَا عَنَاهُ
Beliau ditemani
budak laki-laki Khadijah, Maisarah, untuk membantu beliau.
وَنَزَلَ تَحْتَ شَجَرَةٍ لَدَى
صَوْمَعَةِ نَسْطُوْرَا رَاهِبِ النَّصْرَانِيَّةِ
Dalam perjalanan, beliau singgah di bawah
pohon di depan biara Nastura, seorang pendeta Nasrani.
فَعَرَفَهُ الرَّاهِبُ إِذْ مَالَ
إِلَيْهِ ظِلُّهَا الْوَارِفُ وَأَوَاهُ
Pendeta itu
mengenalnya karena bayangan pohon condong kepadanya dan melindunginya.
وَقَالَ: مَا نَزَلَ تَحْتَ هٰذِهِ
الشَّجَرَةِ قَطُّ إِلَّا نَبِيٌّ ذُوْ صِفَاتٍ نَقِيَّةٍ
Sang pendeta
berkata, “Tidaklah singgah di pohon ini kecuali seorang nabi yang mempunyai
sifat yang bersih
وَرَسُوْلٌ قَدْ خَصَّهُ اللهُ
تَعَالَى بِالْفَضَائِلِ وَحَبَاهُ
dan seorang
rasul (utusan) yang telah dikhususkan dan diberi keutamaan oleh Allah Ta’.ala.”
ثُمَّ قَالَ لِمَيْسَرَةَ: أَفِيْ
عَيْنَيْهِ حُمْرَةٌ ࣙاسْتِظْهَارًا لِلْعَلَامَةِ الْخَفِيَّةِ؟ فَأَجَابَهُ
بِنَعَمْ فَحَقَّ لَدَيْهِ مَا ظَنَّهُ فِيْهِ وَتَوَخَّاهُ
Maisarah
menjawab, “Ya.” Maka benarlah apa yang diduga dan dimaksudkan oleh pendeta itu
tentang beliau. Maisarah memberitahukan kepada Khadijah bahwasanya ia pun
melihat hal itu dalam seluruh perjalanannya.
وَقَالَ لِمَيْسَرَةَ: لَا
تُفَارِقْهُ وَكُنْ مَعَهُ بِصِدْقِ عَزْمٍ وَحُسْنِ طَوِيَّةٍ، فَإِنَّهُ مِمَّنْ
أَكْرَمَهُ اللهُ تَعَالَى بِالنُّبُوَّةِ وَاجْتَبَاهُ
Pendeta itu
lalu berkata kepada Maisarah, “Janganlah kamu berpisah darinya, dan
bersamanyalah kamu dengan niat yang benar dan maksud yang baik, karena ia
termasuk orang yang dimuliakan dan dipilih oleh Allah Ta.ala dengan kenabian!”
ثُمَّ عَادَ إِلَى مَكَّةَ فَرَأَتْهُ
خَدِيْجَةُ مُقْبِلاً وَهِيَ بَيْنَ نِسْوَةٍ فِيْ عِلِّيَّةٍ
Kemudian beliau
pun kembali ke Makkah. Khadijah, yang sedang bersama perempua-perempuan lain di
dalam kamar, melihatnya datang.
وَمَلَكَانِ عَلَى رَأْسِهِ
الشَّرِيْفِ مِنْ وَهَجِ الشَّمْسِ قَدْ أَظَلَّاهُ
Dua malaikat
telah menaungi kepalanya yang mulia dari teriknya matahari.
وَأَخْبَرَهَا مَيْسَرَةُ بِأَنَّهُ
رَأَى ذٰلِكَ فِي السَّفَرِ كُلِّهِ وَبِمَا قَالَ لَهُ الرَّاهِبُ وَأَوْدَعَهُ
لَدَيْهِ مِنَ الْوَصِيَّةِ
Ia juga
memberitahukan apa yang dikatakan oleh pendeta itu dan pesan yang
disampaikannya.
وَضَاعَفَ اللهُ فِيْ تِلْكَ
التِّجَارَةِ رِبْحَهَا وَنَمَّاهُ
Allah
melipatgandakan keuntungan dalam perdagangan itu dan mengembangkannya.
فَبَانَ لِخَدِيْجَةَ بِمَا رَأَتْ
وَمَا سَمِعَتْ أَنَّهُ رَسُوْلُ اللهِ تَعَالَى إِلَى الْبَرِيَّةِ، الَّذِيْ
خَصَّهُ اللهُ تَعَالَى بِقُرْبِهِ وَاصْطَفَاه
Jelaslah bagi
Khadijah mengenai apa yang telah dilihat dan didengarnya bahwa beliau adalah
utusan Allah Ta‘ala kepada manusia, yang telah ditentukan oleh Allah Ta‘ala
dekat kepada-Nya dan dipilihNya.
فَخَطَبَتْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِنَفْسِهَا الزَّكِيَّةِ
Maka Khadijah
meminangnya untuk dirinya
لِتَشُمَّ مِنَ الْإِيْمَانِ بِهِ
طِيْبَ رَيَّاهُ
agar ia dapat
menghirup harum-haruman yang menyegarkan dari keimanan kepadanya.
فَأَخْبَرَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَعْمَامَهُ بِمَا دَعَتْهُ إِلَيْهِ هٰذِهِ الْبَرَّةُ التَّقِيَّةُ
Lalu beliau
memberitahukan kepada paman-pamannya mengenai apa yang disampaikan oleh wanita
yang baik dan taqwa itu.
فَرَغِبُوْا فِيْهَا لِفَضْلٍ
وَدِيْنٍ وَجَمَالٍ وَمَالٍ وَحَسَبٍ وَنَسَبٍ كُلٌّ مِنَ الْقَوْمِ يَهْوَاهُ
Mereka senang
kepada Khadijah karena keutamaan, agama, kecantikan, harta benda,
kebangsawanan, dan asal keturunannya. Masing-masing orang dari kaum itu
menginginkannya.
وَخَطَبَ أَبُوْ طَالِبٍ وَأَثْنَى
عَلَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ أَنْ حَمِدَ اللهُ بِمَحَامِدَ
سَنِيَّةٍ
Abu Thalib
meminang dan memujinya setelah memuji Allah dengan pujian yang tinggi.
وَقَالَ: هُوَ وَاللهِ بَعْدُ لَهُ
نَبَأٌ عَظِيْمٌ يُحْمَدُ فِيْهِ مَسْرَاهُ
Dan ia
mengatakan, “Dia (Muhammad), demi Allah, mempunyai berita yang besar yang
perjalanannya itu terpuji.” Lalu ayah Khadijah
فَزَوَّجَهَا مِنْهُ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُوْهَا وَقِيْلَ عَمُّهَا وَقِيْلَ أَخُوْهَا لِسَابِقِ
سَعَادَتِهَا الْأَزَلِيَّةِ
Lalu ayah
Khadijah mengawinkan dengan beliau. Tapi ada yang mengatakan pamannya, ada pula
yang mengatakan saudaranya. Kebahagiaannya yang azali telah ditentukan.
وَأَوْلَدَهَا كُلَّ أَوْلَادِهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا الَّذِيْ بِاسْمِ الْخَلِيْلِ سَمَّاهُ.
Dan ia
melahirkan semua putra-putri Nabi ﷺ,
kecuali putra beliau yang beliau namakan Ibrahim.
﴿عَطِّرِ اللّٰهُمَّ
قَبْرَهُ الْكَرِيْمَ، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْمٍ﴾
“Ya Allah…harumkanlah kubur Baginda yang mulia dengan haruman yang
semerbak berupa sholawat dan salam”
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيهِ
"Ya Allah, curahkanlah rahmat takzim,
salam sejahtera serta keberkahan kepadanya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar