Jumat, 13 September 2024

Maulid Barzanji (6)

Rabi'ul Awwal 10, 1443


Bab IX

وَلَمَّا بَلَغَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعَ سِنِيْنَ خَرَجَتْ بِهِ أُمُّهُ إِلَى الْمَدِيْنَةِ النَّبَوِيَّةِ

Ketika beliau mencapai usia empat tahun, ibunya berangkat dengannya ke Madinah

ثُمَّ عَادَتْ فَوَافَتْهَا بِالْأَبْوَاءِ أَوْ بِشِعْبِ الْحَجُوْنِ الْوَفَاة

Kemudian ia kembali lalu wafat di Abwa’ atau Syi‘bul Hajun

وَحَمَلَتْهُ حَاضِنَتُهُ أُمُّ أَيْمَنَ الْحَبَشِيَّةُ الَّتِيْ زَوَّجَهَا بَعْدُ مِنْ زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ مَوْلَاهُ

Lalu beliau dibawa oleh pengasuhnya, Ummu Aiman AlHabasyiah, yang nantinya beliau nikahkan dengan Zaid bin Haritsah, maula (bekas budak) beliau

وَأَدْخَلَتْهُ عَلَى جَدِّهِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَضَمَّهُ إِلَيْهِ وَرَقَّ لَهُ وَأَعْلَى رُقِيَّهُ

Ummu Aiman memasukkan beliau ke tempat kakeknya, Abdul Muthalib. Maka Abdul Muthalib memeluknya dan ia sangat sayang kepadanya.

وَقَالَ: إِنَّ لاِبْنِيْ هٰذَا لَشَأْنًا عَظِيْمًا فَبَخٍ بَخٍ لِمَنْ وَقَّرَهُ وَوَالَاهُ

Lalu ia berkata, “Sesungguhnya anakku (cucuku) ini mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, maka beruntunglah orang yang menghormati dan memulia kannya.”

وَلَمْ تَشْكُ فِيْ صِبَاهُ جُوْعًا وَلَا عَطَشًا قَطُّ نَفْسُهُ الْأَبِيَّةُ

Beliau, yang enggan mengadu, tidak pernah mengadu lapar dan haus di waktu kanak-kanak.

وَكَثِيْرًا مَا غَدَا فَاغْتَذَى بِمَاءِ زَمْزَمَ فَأَشْبَعَهُ وَأَرْوَاهُ

Sering kali beliau pergi di waktu pagi lalu beliau minum (sebagai pengganti makan) air zamzam, sehingga membuatnya kenyang dan segar.

وَلَمَّا أُنِيْخَتْ بِفِنَاءِ جَدِّهِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ مَطَايَا الْمَنِيَّة

Ketika kematian menjemput kakeknya, Abdul Muthalib,

كَفَلَهُ عَمُّهُ أَبُوْ طَالِبٍ شَقِيْقُ أَبِيْهِ عَبْدِ الله

pamannya, saudara kandung ayahnya, Abu Thalib, menanggungnya, dengan memeliharanya.

فَقَامَ بِكَفَالَتِهِ بِعَزْمٍ قَوِيٍّ وَهِمَّةٍ وَحَمِيَّةٍ وَقَدَّمَهُ عَلَى النَّفْسِ وَالْبَنِيْنَ وَرَبَّاهُ

Ia melaksanakan penanggungan itu dengan kemauan keras dan penuh semangat. Abu Thalib mendahulukan beliau dibandingkan dirinya dan anak-anaknya, dan ia juga mendidiknya.

وَلَمَّا بَلَغَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِثْنَى عَشَرَ سَنَةً رَحَلَ بِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمُّهُ إِلَى الْبِلَادِ الشَّامِيَّةِ

Saat beliau mencapai umur dua belas tahun, pamannya membawanya pergi ke negeri Syam. Dan ia berkata, “Aku yakin, beliau adalah pemimpin seluruh alam, utusan Allah, dan nabi-Nya.

وَعَرَفَهُ الرَّاهِبُ بَحِيْرَا بِمَا حَازَهُ مِنْ وَصْفِ النُّبُوَّةِ وَحَوَاهُ

Pendeta Buhaira mengenalnya karena sifat kenabian yang ada pada diri beliau.

وَقَالَ: إِنِّيْ أَرَاهُ سَيِّدَ الْعَالَمِيْنَ وَرَسُوْلَ اللهِ وَنَبِيَّهُ

Dan ia berkata, “Aku yakin, beliau adalah pemimpin seluruh alam, utusan Allah, dan nabi-Nya.

قَدْ سَجَدَ لَهُ الشَّجَرُ وَالْحَجَرُ وَلَا يَسْجُدَانِ إِلَّا لِنَبِيٍّ أَوَّاهُ

Pohon dan batu sujud kepadanya, padahal keduanya tidak sujud kecuali kepada nabi yang selalu kembali kepada Allah.

وَإِنَّا لَنَجِدُ نَعْتَهُ فِي الْكُتُبِ الْقَدِيْمَةِ السَّمَاوِيَّةِ

Sesungguhnya kami mendapati sifatnya di dalam kitab samawi yang terdahulu.”

وَبَيْنَ كَتِفَيْهِ خَاتَمُ النُّبُوَّةِ قَدْ عَمَّهُ النُّوْرُ وَعَلَاهُ

Di antara kedua bahunya terdapat cap kenabian yang telah diratai oleh cahaya.

وَأَمَرَ عَمَّهُ بِرَدِّهِ إِلَى مَكَّةَ تَخَوُّفًا عَلَيْهِ مِنْ أَهْلِ دِيْنِ الْيَهُوْدِيَّةِ

Pendeta itu menyuruh pamannya untuk mengembalikannya ke Makkah, karena mengkhawatirkan beliau dari perlakuan para pemeluk agama Yahudi.

فَرَجَعَ بِهِ وَلَمْ يُجَاوِزْ مِنَ الشَّامِ الْمُقَدَّسِ بُصْرَاهُ

Maka Abu Thalib membawa pulang beliau dari Syam yang suci tidak melalui Bashrah.

 

﴿عَطِّرِ اللّٰهُمَّ قَبْرَهُ الْكَرِيْمَ، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْمٍ﴾

“Ya Allah…harumkanlah kubur Baginda yang mulia dengan haruman yang semerbak berupa sholawat dan salam”

 

اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيهِ

"Ya Allah, curahkanlah rahmat takzim, salam sejahtera serta keberkahan kepadanya”

Bab X

وَلَمَّا بَلَغَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ سَنَةً سَافَرَ إِلَى بُصْرَى فِيْ تِجَارَةٍ لِخَدِيْجَةَ الْفَتِيَّةِ

Ketika mencapai usia dua puluh lima tahun, beliau berpergian ke Bashrah untuk memperdagangkan barang-barang Khadijah, seorang wanita yang tertutup (karena selalu di rumah). Kemudian pendeta itu berkata kepada Maisarah, “Apakah pada kedua matanya terdapat tanda kemerah-merahan yang menunjukkan tanda yang tersembunyi (samar)?”

وَمَعَهُ غُلَامُهَا مَيْسَرَةُ يَخْدِمُهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَيَقُوْمُ بِمَا عَنَاهُ

Beliau ditemani budak laki-laki Khadijah, Maisarah, untuk membantu beliau.

وَنَزَلَ تَحْتَ شَجَرَةٍ لَدَى صَوْمَعَةِ نَسْطُوْرَا رَاهِبِ النَّصْرَانِيَّةِ

Dalam perjalanan, beliau singgah di bawah pohon di depan biara Nastura, seorang pendeta Nasrani.

فَعَرَفَهُ الرَّاهِبُ إِذْ مَالَ إِلَيْهِ ظِلُّهَا الْوَارِفُ وَأَوَاهُ

Pendeta itu mengenalnya karena bayangan pohon condong kepadanya dan melindunginya.

وَقَالَ: مَا نَزَلَ تَحْتَ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ قَطُّ إِلَّا نَبِيٌّ ذُوْ صِفَاتٍ نَقِيَّةٍ

Sang pendeta berkata, “Tidaklah singgah di pohon ini kecuali seorang nabi yang mempunyai sifat yang bersih

وَرَسُوْلٌ قَدْ خَصَّهُ اللهُ تَعَالَى بِالْفَضَائِلِ وَحَبَاهُ

dan seorang rasul (utusan) yang telah dikhususkan dan diberi keutamaan oleh Allah Ta’.ala.”

ثُمَّ قَالَ لِمَيْسَرَةَ: أَفِيْ عَيْنَيْهِ حُمْرَةٌ ࣙاسْتِظْهَارًا لِلْعَلَامَةِ الْخَفِيَّةِ؟ فَأَجَابَهُ بِنَعَمْ فَحَقَّ لَدَيْهِ مَا ظَنَّهُ فِيْهِ وَتَوَخَّاهُ

Maisarah menjawab, “Ya.” Maka benarlah apa yang diduga dan dimaksudkan oleh pendeta itu tentang beliau. Maisarah memberitahukan kepada Khadijah bahwasanya ia pun melihat hal itu dalam seluruh perjalanannya.

وَقَالَ لِمَيْسَرَةَ: لَا تُفَارِقْهُ وَكُنْ مَعَهُ بِصِدْقِ عَزْمٍ وَحُسْنِ طَوِيَّةٍ، فَإِنَّهُ مِمَّنْ أَكْرَمَهُ اللهُ تَعَالَى بِالنُّبُوَّةِ وَاجْتَبَاهُ

Pendeta itu lalu berkata kepada Maisarah, “Janganlah kamu berpisah darinya, dan bersamanyalah kamu dengan niat yang benar dan maksud yang baik, karena ia termasuk orang yang dimuliakan dan dipilih oleh Allah Ta.ala dengan kenabian!”

ثُمَّ عَادَ إِلَى مَكَّةَ فَرَأَتْهُ خَدِيْجَةُ مُقْبِلاً وَهِيَ بَيْنَ نِسْوَةٍ فِيْ عِلِّيَّةٍ

Kemudian beliau pun kembali ke Makkah. Khadijah, yang sedang bersama perempua-perempuan lain di dalam kamar, melihatnya datang.

وَمَلَكَانِ عَلَى رَأْسِهِ الشَّرِيْفِ مِنْ وَهَجِ الشَّمْسِ قَدْ أَظَلَّاهُ

Dua malaikat telah menaungi kepalanya yang mulia dari teriknya matahari.

وَأَخْبَرَهَا مَيْسَرَةُ بِأَنَّهُ رَأَى ذٰلِكَ فِي السَّفَرِ كُلِّهِ وَبِمَا قَالَ لَهُ الرَّاهِبُ وَأَوْدَعَهُ لَدَيْهِ مِنَ الْوَصِيَّةِ

Ia juga memberitahukan apa yang dikatakan oleh pendeta itu dan pesan yang disampaikannya.

وَضَاعَفَ اللهُ فِيْ تِلْكَ التِّجَارَةِ رِبْحَهَا وَنَمَّاهُ

Allah melipatgandakan keuntungan dalam perdagangan itu dan mengembangkannya.

فَبَانَ لِخَدِيْجَةَ بِمَا رَأَتْ وَمَا سَمِعَتْ أَنَّهُ رَسُوْلُ اللهِ تَعَالَى إِلَى الْبَرِيَّةِ، الَّذِيْ خَصَّهُ اللهُ تَعَالَى بِقُرْبِهِ وَاصْطَفَاه

Jelaslah bagi Khadijah mengenai apa yang telah dilihat dan didengarnya bahwa beliau adalah utusan Allah Ta‘ala kepada manusia, yang telah ditentukan oleh Allah Ta‘ala dekat kepada-Nya dan dipilihNya.

فَخَطَبَتْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهَا الزَّكِيَّةِ

Maka Khadijah meminangnya untuk dirinya

لِتَشُمَّ مِنَ الْإِيْمَانِ بِهِ طِيْبَ رَيَّاهُ

agar ia dapat menghirup harum-haruman yang menyegarkan dari keimanan kepadanya.

فَأَخْبَرَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْمَامَهُ بِمَا دَعَتْهُ إِلَيْهِ هٰذِهِ الْبَرَّةُ التَّقِيَّةُ

Lalu beliau memberitahukan kepada paman-pamannya mengenai apa yang disampaikan oleh wanita yang baik dan taqwa itu.

فَرَغِبُوْا فِيْهَا لِفَضْلٍ وَدِيْنٍ وَجَمَالٍ وَمَالٍ وَحَسَبٍ وَنَسَبٍ كُلٌّ مِنَ الْقَوْمِ يَهْوَاهُ

Mereka senang kepada Khadijah karena keutamaan, agama, kecantikan, harta benda, kebangsawanan, dan asal keturunannya. Masing-masing orang dari kaum itu menginginkannya.

وَخَطَبَ أَبُوْ طَالِبٍ وَأَثْنَى عَلَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ أَنْ حَمِدَ اللهُ بِمَحَامِدَ سَنِيَّةٍ

Abu Thalib meminang dan memujinya setelah memuji Allah dengan pujian yang tinggi.

وَقَالَ: هُوَ وَاللهِ بَعْدُ لَهُ نَبَأٌ عَظِيْمٌ يُحْمَدُ فِيْهِ مَسْرَاهُ

Dan ia mengatakan, “Dia (Muhammad), demi Allah, mempunyai berita yang besar yang perjalanannya itu terpuji.” Lalu ayah Khadijah

فَزَوَّجَهَا مِنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُوْهَا وَقِيْلَ عَمُّهَا وَقِيْلَ أَخُوْهَا لِسَابِقِ سَعَادَتِهَا الْأَزَلِيَّةِ

Lalu ayah Khadijah mengawinkan dengan beliau. Tapi ada yang mengatakan pamannya, ada pula yang mengatakan saudaranya. Kebahagiaannya yang azali telah ditentukan.

وَأَوْلَدَهَا كُلَّ أَوْلَادِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا الَّذِيْ بِاسْمِ الْخَلِيْلِ سَمَّاهُ.

Dan ia melahirkan semua putra-putri Nabi , kecuali putra beliau yang beliau namakan Ibrahim.

 

﴿عَطِّرِ اللّٰهُمَّ قَبْرَهُ الْكَرِيْمَ، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْمٍ﴾

“Ya Allah…harumkanlah kubur Baginda yang mulia dengan haruman yang semerbak berupa sholawat dan salam”

 

اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيهِ

"Ya Allah, curahkanlah rahmat takzim, salam sejahtera serta keberkahan kepadanya”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEYAKINAN

13 Ramadhan 1446 H   Pada Kisah yang ke-25 dalam kitab  An Nawadir  Imam Qalyubi mengisahkan bahwa ada sekawanan penjahat yang tengah me...