Jumat, 20 September 2024

Kasidah Burdah

 Rabi'ul Awwal 17, 1446 H

Biografi Imam Al-Büsiry

Asal usul Penulisan Kasidah Burdah

Al-Büsiry sosok sufi yang sangat mencintai Rasulullah saw setelah mencurahkan mababbahnya kepada Allah swt. Cintanya yang sangat mendalam kepada beliau banyak mewarnai syair-syair keagamaannya. Kasidah Burdah salah satu karya sastranya bercorakkan keagamaan. Kasidah ini disusun dengan satu tujuan pokok yaitu memuji Rasulullah saw. Pujian ini merupakan ungkapan cintanya yang sangat mendalam terhadapnya. Mahabbah kepada Rasulullah saw yang sangat mendalam inilah yang melatarbelakangi penyusunan syair-syair kasidah Burdah.  Kasidah Burdah pada mulanya berjudul al-Kawâkib al-Duniyah (Bintang-Bintang Yang Gemerlapan), disusun ketika Al-Büsiry sedang menderita sakit, sebelah badannya lumpuh. Pada suatu malam, ia berdo'a dan bertawassul melalui kasidah ini, seraya memohon syafaat dan pertolongan dari Allah agar penyakitnya segera sembuh. Ia menangis dan berulang kali membaca kasidah itu, kemudian tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu Rasulullah saw. Dalam mimpinya inilah, ia menyampaikan kasidah di hadapannya. Beliau sangat senang dan mengusap-usap badannya dengan tangannya yang mulia itu kemudian memberinya hadiah berupa burdah (baju besar yang dapat dijadikan selimut). Ketika terbangun penyakit yang selama itu ia rasakan ternyata sembuh. Ia sehat seperti sedia kala. Peristiwa mimpinya itu tidak diceritakan kepada siapapun. 

Pada pagi harinya ia keluar rumah. Kemudian bertemu dengan seorang fakir lagi miskin. Tiba-tiba orang itu berkata kepadanya : “Tuanku, saya ingin agar tuan memberikan kepadaku kasidah yang tuan sampaikan tadi malam di hadapan Rasulullah saw.” Dengan penuh heran Al-Büsiry bertanya : “Kasidah yang mana yang anda maksud?” Si fakir itu menjawab, kasidah yang awal baitnya berbunyi: 

أَمِنْ تَذَكُّــرِ جِــــيْرَانٍ بِذِيْ سَــــلَمِ ۞ مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَى مِنْ مُقْلَةٍ بِـــدَمِ

 Maka Al-Büsiry-pun memberikan kasidah tersebut kepadanya. Karena peristiwa ini, maka tersebarlah berita kesembuhan Al-Büsiry dari penyakitnya dan keberadaan kasidah Burdah di kalangan masyarakat bahkan di kalangan para pemimpin masa itu. Kasidah itu pun terkenal dengan nama Burdah.

Peristiwa ini diceritakan sendiri oleh Al-Büsiry, dalam keterangannya, beliau mengungkapkan: 

 كنت قد نظمت قصائد في مدح رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم، ثم اتفق بعد ذلك أن اصابني الفالج (الشلل) أبطل نصفي، ففكرت في عمل قصيدتي هذه فعملتها واستشفعت بها إلى الله في أن يعافيني، فكررت البردة إنشادها، وبكيت، وتوسلت، ونمت فرأيت النبي فمسح على جنبي بيده الكريمة، وألقى عليّ بردة، فانتبهت ووجدتُ فيّ نهضة، فقمت وخرجت من بيتي، ولم أكن أعلمت بذلك أحداً، فلقيني بعض الفقراء فقال لي: أريد أن تعطيني القصيدة التي مدحت بها رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم، فقلت: أيها؟ فقال: التي أنشأتها في مرضك، وذكر أولها وقال: والله لقد سمعتها البارحة وهي تنشد بين يدي رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم، فرأيته يتمايل وأعجبته، وألقى على من أنشدها بردة. فأعطيته إياها. وذكر الفقير ذلك للناس، وشاع المنام وبلغ الرؤساء

Saya bemiat menyusun sebuah kasidah untuk memuji Rasulu saw. Temyata saya terkena sakit di mana sebelah badan saya lumpuh. Saya berpikir bagaimana caranya agar dapat mengerjakan kasidah Burdah ini. Saya lakukan itu seraya memohon Pertolongan kepada Allah swt agar segera menyembuhkan Penyakit ini. Saya baca kasidah itu dengan berulang-ulang sambiL menangis, dan dengan kasidah ini saya pun berwasilah kepada Allah swt. Dengan tidak terasa, saya pun tertidur. Dalam tidur ini saya bermimPi bertemu Rasulullah saw. BeLiau mengusapusap Pinggang saya (badab saya) dengan tangannya yang muLia itu, laLu melemparkan kepada saya sehelai burdah (baju besar yang dapat dijadikan selimut), laLu saya terbangun dan tiba-tiba saya bisa bangkit, maka saya segera berdiri dan keluar rumah. Sedikit pun tidak saya ceritakan peristiwa itu kepada orang lain. Ketika saya keluar rurnah, saya bertemu dengan seorang fakir, ia berkata kepada saya: saya ingin tuan kosidah yang dibacakan di hadapan Rasulullah SAW, untuk, memujinya. saya menjawab: “Kasidah Yang mana yang dimaksud?”  Ia berkata: Kasidah yang tuan ciptakan ketika tuan sakit, itu bagian bait kQSidah) seraya berkata: Demi Allah telah tadi malam ketika kasidah itu dibacakan di hadapan Rasulullah saw. Saya melihat, ketika itu Rasulullah saw menggoyang-goyangkankan badannya, tanda kagum. maka saya serahkan kasidah tersebut kepadanya. Si fakir itu pun menceritakan Peristiwa itu kepada orang lain sehingga beritanya tersebar dan diketahui orang banyak bahkan sampai kebada pejabat Pemerintah. 

Nama Lengkap Imama Al-Büsiry

Nama lengkap Al-Büsiry adalah Syarafuddin Muhammad ibn San ibn Hammâd al-Șanhâjy al-Bășiry.  Nama lengkap Al-Büsiry cukup bervariasi namun Al-Büsiry nama panggilan sehari-harinya. Sebutan  ini begitu melekat dalam dirinya karena ia berasal dari Bășir kampung halaman ayahnya. Al-Sanhâjy nama kabilahnya. 

Al Busiry dilahirkan di bulan Syawal tahun 608 H/1211 M dan meninggal dunia pada usia 88 tahun pada tahun796 H di Iskandariyah. Dia hidup di akhirmasa dinasti Ayyubiyah dan awal dinasti Mamalik. Termasuk masa revolusi melawan tentara Salib.

Latar Belakang Keluarga

Al-Büsiry tumbuh dalam keluarga miskin. Sejak kecil ia memeras keringatnya sendiri untuk mencari sesuap nasi dengan cara menjual jasa, yaitu menulis batu nisan. Di samping sebagai penulis batu nisan, ia juga mencari penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. la berhasil mendekati para penguasa dan bekerja sebagai pegawai. Dalam kedekatannya dengan para penguasa ia memuji sultan Dinasti Mamãfik, Sanjar al-Syujã' dan pejabat-pejabat lainnya dengan syair-syairnya. Dengan cara seperti ini ia mendapatkan uang tambahan yang cukup lumayan untuk  menutupi kebutuhan keluarga besarnya.

Di antara pekerjaan yang ia geluti selama itu adalah bidang keuangan. la bertugas sebagai pemegang buku keuangan. Akan tetapi kemampuannya dalam bidang keuangan seperti ini sangat terbatas.  Karenanya ia sering melakukan kesalahan dan kekeliruan dalam menjalankan tugasnya. la sering dihina oleh orang-orang Nasrani yang seprofesi dengannya. la dituduh sebagai orang bodoh yang tidak becus bekerja.

Masih dalam rangka mencari sesuap nasi, Al-Büsiry sempat bekerja di sebuah toko besar. Dengan syair-syairnya ia memuji direkturnya. Dari tempat inilah ia mendapatkan gaji bulanan tetap. Sebagaimana pekerjaannya terdahulu, di tempat ini juga ia bekerja bersama-sama para pegawai yang beragama Kristen yang sama sekali tidak ia senangi. Mereka sering menangguhkan gaji bulanannya. Pekerjaan ini pun ia tinggalkan, lalu pulang ke Cairo dan bekerja sebagai guru agama di lembaga pendidikan (madrasah diniyah). la menetap di sana sampai akhir hayatnya pada 696 H. Kelemahan al-Büsiry dalam melaksanakan tugasnya di bidang adiministrasi dan keuangan lebih disebabkan oleh dasar pendidikan yang ia lalui di masa remajanya. Dasar pendidikannya lebih banyak di bidang pendidikan agama Islam dan bahasa/sastra Arab daripada ilmu admninistrasi, keuangan, ataupun ilmu-ilmu lainnya. Di sinilah letak kelemahan al-Büsiry yang sebenarnya dalam melaksanakan tugasnya.

Ia juga pernah bekerja sebagai petugas pcngukur tanah, distributor bibit tanaman, dan petugas perkreditan di sebuah bank di wilayah al-Syatqiyah yang pada waktu itu mcmbawahi 380 desa. Tugas ini rupanya cukup betat dirasakan al-Busiry bahkan bertambah berat karena tugas itu bukan profesinya. Akhimya tugas-tugas itu ia tinggalkan dan kembali melakukan zuhud, ibadah, dan mencari keridoan Allah SWT.

Pendidikan

Sebagai orang yang dibekali akal cerdas, al-Büsiry  membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan pertama yang ia pelajari dan kuasai adalah al-Qur'an. Lalu masuk masjid Syaikh Abdul Zãhir untuk belajar ilmu pengetahuan agama, bahasa, dan sastra Arab seperti ilmu nahwu [sintaksisl,  saraf [morfologi], arüd [ilmu menggubah syair], sastra, sejarah,  dan sirah Nabi Muhammad saw. la pun mendalami ilmu tasawuf  dan tata cara mencapai tasawuf yang benar. Ahmad alIskandary dan MustaFa Inany mengatakan bahwa al-Bü\siry mendalami ilmu bahasa dan sastra Arab sampai menjadi penyair kenamaan, Ketika itu ia tinggal di Cairo, seangkatan dengannya adalah Sayyid Alynad al-Badawy (605-678 H), Sayyid i Ibrahim al-Dasúqy (633-672) dan Syaikh Izzuddin ibn Abdul  Salüm (577- 660 H). la juga seangkatan dengan Abú al-Hasan alsyüzily (593-656 H), Ibn al-Sakandazy (658-709), Ibn Daqiq al-'led (625-702), dan lain-lain. Mereka semua adalah ulama-ulama besar dan imam-imam tasawuf serta guru-guru besar.

Dari sekian banyak guru Yang pernah mendewasakan yang menonjol dan paling ia cintai adalah Syaikh Abu al Abbâs âl-Mursy. Al-Bușiry dan Ibn Ațâ'illâh termasuk muridnya yang sangat patuh dan taat kepadanya, mereka berdua termasuk murid-murid Syaikh al-Mursy yang paling dekat kepadanya dan banyak belajar tasawuf darinya sehingga mereka berdua menjadi ulama dan sekaligus sufi. Semua murid al-Mursy berhasil mengambil dan mendaîami aliran  suluk.

Sebagai ulama, Al-Büsirymempunyai murid yang tidak  sedikit jumlahnya, dan sebagai sufi ia juga mempunyai pengikut.  Di antara murid-muridnya Yang sempathelajar kepadanya adalah Abu Hayyân al-Andalăsy (w. 725 H), Abă al-Fattâh ibn Sayyid al Nâs al-Ya'măry (w. 734 H), dan Izzuddin ibn Jamâ'ah (w.735 H).  Tetapi tidak ada satu keterangan pun yang menunjukkan bahwa  al-Bușiry pernah mengajar dalam satu lembaga pendidikan formal seperti madrasah atau perguruan tinggi. Namun demikian al Bușiry pernah membuka sebuah lembaga pendidikan dengan nama Kuttâb yang dikhususkan untuk membimbing anak didik dalam hapalan al-Qur' an.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEYAKINAN

13 Ramadhan 1446 H   Pada Kisah yang ke-25 dalam kitab  An Nawadir  Imam Qalyubi mengisahkan bahwa ada sekawanan penjahat yang tengah me...