Sabtu, 21 September 2024

Kasidah Burdah (1)

 Rabi'ul Awwal 17, 1446 H


Kumpulan Qasidah Burdah

قَصيْدَةُ الْبُرْدة لِلْبُوْصِيْرِيِّ

 

Bab I: Bercumbu dan Pengaduan Cinta

الفصل الأول: في الغزل وشكوى الغرام

 

مَوْلَايَ صَلِّ وَسَلِّمْ دَآئِــمًا أَبَـدًا ۞ عَلَى حَبِيْبِـكَ خَيْــرِ الْخَلْقِ كُلِّهِمِ

Limpahkanlah selalu rahmat takzim dan keselamatan atas kekasih-Mu yang terbaik di antara seluruh makhluk

أَمِنْ تَذَكُّــرِ جِــــيْرَانٍ بِذِيْ سَــــلَمِ ۞ مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَى مِنْ مُقْلَةٍ بِـــدَمِ

Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam sana, Engkau deraikan air mata dengan darah duka.

أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَـاءِ كَاظِمَـةٍ ۞ وَأَوْمَضَ الْبَرْقُ فِيْ الْظَلْمَآءِ مِنْ إِضَـمِ

Ataukah karena embusan angin terarah lurus berjumpa di Kadhimah. Dan kilatan cahaya gulita malam dari kedalaman jurang idham.

 

فَمَا لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ اكْفُفَا هَمَتَا ۞ وَمَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِـــمِ

Mengapa kedua air matamu tetap meneteskan air mata? Padahal engkau telah berusaha membendungnya. Apa yang terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha menghiburnya.

 

أَيَحْسَبُ الصَّبُّ أَنَّ الْحُبَّ مُنْكَتِمٌ ۞ مَا بَيْنَ مُنْسَجِمٍ مِنْهُ وَمُضْطَـــرِمِ

Apakah diri yang dirundung nestapa karena cinta mengira bahwa api cinta dapat disembunyikan darinya. Di antara tetesan air mata dan hati yang terbakar membara.

 

لَوْلَا الْهَوَى لَمْ تُرِقْ دَمْعًــا عَلَى طَلَلٍ ۞ وَلَا أَرِقْتَ لِذِكْرِ الْبَـــانِ وَالْعَلَـــمِ

Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon al-ban dan gunung yang kau rindu.

 

فَكَيْفَ تُنْكِرُ حُبًّا بَعْدَ مَا شَهِدَتْ ۞ بِهِ عَلَيْكَ عُدُوْلُ الدَّمْعِ وَالسَّـــقَمِ

Bagaimana kaudapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya, berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara

 

وَأَثْبَتَ الْوَجْــدُ خَطَّيْ عَبْرَةٍ وَّضَـنًى ۞ مِثْلَ الْبَهَارِ عَلَى خَدَّيْكَ وَالْعَنَـــمِ

Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit lemah tak berdaya.

Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada dua pipi.

 

نَعَــمْ سَرَى طَيْفُ مَنْ أَهْوَى فَأَرَّقَنِيْ ۞ وَالْحُبُّ يَعْتَرِضُ اللَّذَّاتِ بِالْأَلَــمِ

Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan tidurku untuk terjaga.

Dan memang cinta sebagai penghalang (bagi siempunya antara dirinya dan) kelezatan (cinta) yang berakhir derita

 

يَا لَائِمِيْ فِي الْهَوَى الْعُذْرِيِّ مَعْذِرَةً ۞ مِنِّيْ إِلَيْكَ وَلَوْ أَنْصَفْتَ لَـــمْ تَلُـــمِ

Wahai pencaci derita cinta kata maaf kusampaikan padamu. Aku yakin andai kaurasakan derita cinta ini, tak mungkin engkau mencaci maki.

 

عَدَتْـــكَ حَـــــالِيَ لَاسِـــــرِّيْ بِمُسْتَـــتِرٍ ۞ عَنِ الْوُشَاةِ وَلَا دَائِيْ بِمُنْحَسِــمِ

Kini kautahu keadaanku, tiada lagi rahasiaku yang tersimpan darimu.

Dari orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku tiada kunjung sirna.

 

مَحَّضْتَنِي النُّصْحَ لَكِنْ لَّسْتُ أَسْمَعُهُ ۞ إِنَّ الْمُحِبَّ عَنِ الْعُـــذَّالِ فِيْ صَمَـــمِ

Begitu tulus nasihatmu, tapi aku tak mampu mendengar semua itu.

Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta tuli dan tak menggubris cacian pencela.

 

إِنِّيْ اتَّهَـــمْتُ نَصِيْحَ الشَّيْبِ فِي عَذَلٍ ۞ وَالشَّيْبُ أَبْعَدُ فِيْ نُصْـــحٍ عَنِ التُّهَمِ

Aku curiga ubanku pun turut mencelaku.

Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEYAKINAN

13 Ramadhan 1446 H   Pada Kisah yang ke-25 dalam kitab  An Nawadir  Imam Qalyubi mengisahkan bahwa ada sekawanan penjahat yang tengah me...