Bab II: Peringatan tentang Bahaya
Hawa Nafsu
الفصل الثاني:
في التحذير من هوى النفس
فَإِنَّ
أَمَّـــارَتِيْ بِالسُّـوْءِ مَــــا اتَّعَظَتْ ۞ مِنْ جَهْلِهَا بِنَذِيْرِ
الشَّيْبِ وَالْهَرَمِ
Sungguh nafsu amarahku pada nasihat
tak terima, karena berangkat dari ketidaktahuannya. Adanya peringatan berupa
uban di kepala dan ketidakberdayaan tubuh akibat umur senja.
وَلَا أَعَدَّتْ
مِنَ الفِعْلِ الْجَمِيْلِ قِرَى ۞ ضَيْفٍ أَلَمَّ بِرَأْسِيْ غَيْرَ
مُحْـــتَشِمِ
Nafsu amarahku tak mampu
bersiap-siap diri, dengan mengerjakan amal baik yang bernilai. Untuk menyambut
kedatangan tamu yang pasti, tamu yang singgah di kepala nan tiada malu lagi.
لَوْ كُنْتُ
أَعْلَــــمُ أَنِّي مَــا أُوَقِّــــــرُهُ ۞ كَتَمْتُ سِرًّا بَدَا لِيْ مَنْهُ
بِالْكَـــتَمِ
Jikalau aku tahu bahwa diriku tak
mampu menghormat tamu.
Maka lebih baik kusembunyikan diriku
dengan cara menyemir uban di kepalaku
مَنْ لِي
بِرَدِّ جِمَـــاحٍ مِنْ غَوَايَتِهَـــا ۞ كَمَا يُرَدُّ جِمَـــاحُ الْخَيْلِ بِاللُّجُمِ
Siapakah gerangan yang sanggup
mengendalikan nafsuku dari kesesatan?
Sebagaimana kuda liar yang terkendalikan
dengan tali kekangan
فَلَا تَرُمْ
بِالْمَعَاصِيْ كَسْرَ شَهْوَتِهَا ۞ إِنَّ الطَّعَـــامَ يُقَوِّيْ شَهْوَةَ
النَّهِمِ
Jangan engkau berharap, dapat
mematahkan nafsu dengan maksiat.
Karena
makanan justru bisa perkuat bagi si rakus makanan lezat.
وَالنَّفْسُ
كَالطِّفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى ۞ حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ
يَنْفَطِمِ
Nafsu bagaikan bayi, bila kaubiarkan
akan tetap suka menyusu.
Namun bila engkau sapih, maka bayi
akan berhenti sendiri
فَاصْرِفْ
هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهُ ۞ إِنَّ الْهَوَى مَا تَوَلَّى يُصِمْ أَوْ
يَصِمِ
Maka
palingkanlah nafsumu, takutlah jangan sampai ia menguasai-nya.
Sesungguhnya
nafsu, jikalau berkuasa maka akan membunuhmu dan membuatmu tercela
وَرَاعِهَا
وَهْيَ فِيْ الأَعْمَالِ سَـــآئِمَةٌ ۞ وَإِنْ هِيَ اسْتَحْلَتِ الْمَرْعَى فَلَا
تُسِمِ
Dan gembalakanlah nafsu, karena
dalam amal nafsu bagaikan hewan ternak.
Jika nafsu merasa nyaman dalam
kebaikan, maka tetap jaga dan jangan engkau lengah
كَـمْ حَسَّنَتْ
لَذَّةً لِلْمَــــــرْءِ قَـــــاتِلَةً ۞ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَدْرِ أَنَّ السُّمَّ
فِي الدَّسَمِ
Betapa banyak kelezatan, justru bagi
seseorang membawa kematian.
Karena tanpa diketahui, adanya racun
tersimpan dalam makanan
وَاخْشَ
الدَّسَائِسَ مِنْ جُوْعٍ وَّمِنْ شِبَعٍ ۞ فَرُبَّ مَخْمَصَةٍ شَرٌّ مِنَ
التُّخَمِ
Takutlah terhadap tipu dayanya lapar
dan kenyang.
Sebab sering
terjadi rasa lapar lebih daripada kenyang
وَاسْتَفْرِغِ
الدَّمْعَ مِنْ عَيْنٍ قَدِ امْتَــــلَأَتْ ۞ مِنَ الْمَحَـــارِمِ وَالْزَمْ
حِمْيَـــةَ النَّدَمِ
Deraikanlah
air mata, dari pelupuk mata yang penuh noda dosa. Peliharalah rasa sesal dan
kecewa karena dosa
وَخَالِفِ
النَّفْسَ وَالشَّيْطَانَ وَاعْصِهِمَـا ۞ وَإِنْ هُمَا مَحَّضَاكَ النُّصْحَ
فَاتَّهِمِ
Lawanlah hawa nafsu dan setan
durhaka, dan jagalah pada keduanya.
Jika mereka
tulus menasihati maka engkau harus mencurigai
وَلَا تُطِعْ
مِنْهُمَا خَصْمًــــا وَلَاحَكَمًــــا ۞ فَأَنْتَ تَعْرِفُ كَيْدَ الخَصْمِ
وَالْحَكَمِ
Janganlah engkau taat kepada mereka
nafsu dan setan, baik selaku musuh atau selaku hakim.
Sebab engkau sudah tahu dengan
nyata, bagaimana tipu dayanya dalam musuh dan menghukumi
أَسْتَغْفِـــــرُ
اللهَ مِنْ قَوْلٍ بِــلَا عَمَـــــلٍ ۞ لَقَدْ نَسَبْتُ بِهِ نَسْلًا لِذِيْ
عُقُمِ
Kumohon pengampunan kepada Allah,
atas ucapan yang tanpa mengamalkan.
Sungguh.. hal itu laksana orang
mandul tak berketurunan
أَمَرْتُكَ
الْخَــــيْرَ لٰكِنْ مَا ائْتَمَــرْتُ بِهِ ۞ وَمَا اسْتَقَمْتُ فَمَا قَوْلِيْ
لَكَ اسْتَقِمِ
Aku perintahkan engkau lakukan amal kebaikan,
namun aku sendiri enggan mengerjakan.
Maka tiada
berguna ucapanku agar engkau berlaku benar, sedangkan diriku sendiri dalam
kelalaian
وَلَا
تَزَوَّدْتُ قَبْــــلَ الْمَوْتِ نَــــــافِـلَةً ۞ ولَمْ أُصَلِّ سِوَى فَرْضٍ
وَلَمْ أَصُمِ
Dan diriku tiada menambah amal
kebaikan dalam kesunahan, sebelum kematian datang.
Dan tiada aku shalat dan puasa,
kecuali hanya ibadah yang wajibkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar