Jumat, 22 Maret 2024

DIMENSI SOSIAL IBADAH PUASA

Sahabat…

Adakah di antara kita yang bisa hidup sendirian tanpa membutuhkan bantuan yang lain ?

Rasanya tidak mungkin, karena memang manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung antara satu dengan lainnya. Maka agama islam yang turun kepada umat manusia menjelma sebagai rahmatan lil ‘alaimin menunjukkan bahwasannya agama islam tidak hanya ingin membangun kesalehan personal ummat Islam tetapi juga kesalehan sosial. Termasuk aktifitas ibadah-pun, semisal puasa, yang lepas kesalehan sosial. Karena itu ibadah puasa tidak hanya berdimensi vertical (hablum minallah) tetapi juga memlikidimensi horisontl (hablum minannas).

Derajat taqwa yang menjadi tujuan utama puasa (QS. Al Baqarah/2 : 183) memiliki konsekuensi soaial, di antaranya :

Pertama, Social Solidarity. sebagai orang yang ingin mencapai derajat takwa, maka mau tidak mau orang yang berpuasa harus menginfakkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit.Jika kita mengamati fenomena puasa dari tahun ke tahun, kita akan sadar bahwa saat ini gerakan memberikan takjil gratis semakin membudaya di masyarakat bahkan beberapa tahun yang lalu ada aktifitas anak-anak remaja yang mereka sebut sahur on the road, kegiatan membagi makanan sahur

Kedua, Self Control. sebagai orang yang ingin mencapai derajat takwa, maka suka tidak suka orang yang berpuasa harus bisa menahan amarahnya. Tantangan terberat bagi orang yang berpuasa sebenarnya bukanlah menahan lapar dan dahaga, melainkan mengendalikan emosinya. Orang-orang yang berpuasa menyadari bahwa puasanya tidak akan bernilai apa-apa jika ia mengumbar emosinya.

Ketiga,Social Care, sebagai orang yang ingin mencapai derajat takwa, maka mereka berupaya menghindari dari segala bentuk perbuatan yang dapat merugikan orang lain.

Keempat  Respect sebagai orang yang ingin mencapai derajat takwa, maka harus dapat meningkatkan penghormatan terhadap sesama dalam bentuk bisa memaafkan kesalahan orang lain. Ini adalah konsekuensi yang paling logis dari pengendalian emosi. Ketika amarah dilarang diekspresikan maka memaafkan menjadi jalan keluar yang paling sehat. Karena menyimpannya sebagai dendam hanya akan menimbulkan gangguan fisik dan psikologis. Sebaliknya dengan memaafkan akan menurunkan strees dan menumbuhkan empati. Dan, pemaafan selama sebulan puasa dipertegas lagi dengan tradisi bermaaf-maafan ketika Idul Fitri.

Waalahu A’lam

Jakarta, 11 Ramadhan 1445 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEYAKINAN

13 Ramadhan 1446 H   Pada Kisah yang ke-25 dalam kitab  An Nawadir  Imam Qalyubi mengisahkan bahwa ada sekawanan penjahat yang tengah me...