Sahabat..
Bagaimana perasaan kita ketika ada larangan dalaam waktu
tertentu pada sesuatu yang kita sukai lalu larangan itu dicabut ? Tentu kita
bahagia dan senang.
Begitu pula dengan puasa ketika diharamkan bagi kita makan dan
minum di siang hari lalu dibolehkan saat matahari terbenam maka tampak
kebahagian yang terlihat pada orang-orang yang berbuka puasa. Bahkan
menyegarakan berbuka puasa merupakan bagian dari kepatuhan (Sunnah) kepada
agamanya dan tentu saja berpahala.
Imam Ibnu Rajab mengatakan :
“Jika seseorang makan dan minum saat berpuka dengan niat utuk
menguatkan kembali fisiknya dalam beribadah maka mendapatkan ganjaran
sebagaiman orang yang mau tidur baik di malam atau siang hari semata-mata untuk
menyegarkan kembali tubuhnya saat bekerja maka tidurnya termasuk ibadah.
Orang yang senang saat berbuka puasa maka termasuk sebagaimana diisyaratkan QS. Yunus/10 : 58 yaitu dianjurkan bergembira atas karunia dan rahmat Allah SWT, tetapi disyaratkan saat buka puasa dengan makanan dan minuman yang halal
Sementara kebahagiaan saat bertemu Allah SWT, karena orang yang berpuasa mendapati ganjaran puasanya tersimpan dengn baik dan melebihi ekspektasi dan harapannya sebagaimana diisyartkan Allah SWT dalam QS. Al Muzzammil/73 : 20, QS Ali Imran/3 : 30 dan Qs. Az Zalzalah/99 : 7)
Bagaimana tidak bahagia, karena orang-orang yang berpuasa di surga dijamu dengan hidangan yang belum pernah dilihat oleh mata siapapun dan tidak pernah didengar sebelumnya oleh telinga siapapun. Artinya hidangan ini tersaji spesial dan khusus bagi orang-orang yang berpuasa. Imam Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadits yang menyatakan demikian :
اِنَّ
لِلّهِ مَائِدَةً لَمْ تَرَ مِثْلَهَا
عَيْنٌ وَلَمْ تَسْمَعْ أُذُنٌ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ لَا يَقْعُدُ عَلَيْهَا اِلَّا
الصَّائِمُوْنَ
Artinya : “Sesungguhnya Allaah memiliki hidangan yang sebelumnya
pernah dilihat oleh pandangan siapapun, tidak terdengan oleh pendengaran bahkan
tidak terlintas pada benak pikiran seseorang. Tidak duduk di hadapan santapan
itu kecuali orang-orang yang berpuasa.”
Jakarta, 9 Ramadhan 1445 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar