Sahabat...
Al-Qur’an
diturunkan oleh Allah SWT ketika bangsa Arab berada di puncak yang sangat
tinggi dalam bidang bahasa dan sastranya, bahasa yang indah dengan berbagai
norma yang ada, membuat bangsa Arab sangat membangga-banggakan bahasa dan karya
sastra mereka. Kemukjizatan al-Qur’an memang tidak lain adalah untuk
menundukkan kesombongan bangsa Arab atas bahasa yang mereka miliki, seakan-
akan tidak ada bahasa dan karya sastra yang melebihi karya mereka dari sisi
keindahannya. Oleh karena itu, al-Qur’an turun sebagai mukjizat dengan bahasa
yang sangat istimewa mengalahkan keistimewaaan bahasa dan sastra Arab pada masa
itu.
Ketika walid
bin Mughirah seorang tokoh quraisy yang juga sastrawan diutus untuk merayu nabi
Muhammad SAW agar meningggalkan da’wahnya,, dia tidak bisa berkata apa-apa
ketika Rasulullah SAW membacakan QS.
Fushillat/41 : 1-5. Bahkan hatinya tertarik dan terpesona dengan keindahan Bahasa al Qur’an,
sebagaimana diungkapkan oleh prof.
Quraisy Syihab bahwa Bahasa al Qur’an memuaskan akal dan jiwa. Itulah
yang dialami oleh Walid bin Mughirah.
Tetapi harapan masyarakat kepada Walid begitu sangat
tinggi. Sayangnya mereka kecewa karena Walid keluar dengan wajah bermuram durja
yang menunjukkan kegagalan diplomasi dan misinya. Bahkan ada yang menduga bila Walid telah
berkhianat. Walid bin Mughirah-pun menjawab :
فَوَاللهِ! مَا فِيْكُمْ رَجُلٌ أَعْلَمُ بِالأَشْعَارِ
مِنِّي، وَلَا أَعْلَمُ بِرَجْزٍ وَلَا بِقَصِيْدَةٍ مِنِّي، وَلًا بِأَشْعَارِ الْجِنَّ، وَاللهِ! مَا يُشْبِهُ الذي يَقُوْلُ شَيْئًا
مِنْ هَذَا، وَوَاللهِ! إِنَّ لَقَولُهُ الذي يَقُوْلُ حَلَاوَةً،
وإِنَّ عَليْهِ لَطَلاَوَةً، وإنَّهُ لَمُثمِرٌ أَعْلَاهُ مُغْدِقٌ أَسْفَلُهُ،
وإنَّهُ لَيَعْلُو وَمَا يُعْلَى، وإنه لَيَحْطِمُ مَا تَحْتَهُ
“Apa menurutmu yang harus
kukatakan pada mereka? Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah kalian orang yang
lebih memahami syair Arab daripada aku. Tidak juga pengetahuan tentang rajaz
dan qashidahnya yang mengungguli diriku. Tapi apa yang diucapkan Muhammad itu
tidak serupa dengan ini semua. Juga bukan sihir jin. Demi Allah! Apa yang ia
ucapkan (Alquran) itu manis. Memiliki thalawatan (kenikmatan,
baik, dan ucapan yang diterima jiwa). Bagian atasnya berbuah, sedang bagian
bawahnya begitu subur. Perkataannya begitu tinggi dan tidak ada yang
mengunggulinya, serta menghantam apa yang ada dibawahnya.”
Kegagalan Walid tidak menyurutkan kaum Quraisy untuk membungkam da’wah nabi Muhammad SAW. Karenanya mereka menyerahkan proyek tersebbut kepada anaknya Walid yaitu Khalid bin Walid. Khalid merasa tidak lebih cerdas dari nabi Muhammad SAW tetapi karena terlanjur menerima proyek tersebut, dia mengajak Musailamah untuk kolaborasi dan Musalamah pun menyanggupi untuk membuat ayat menandingi al qur’an.
Di antara
contoh karya Musailamah adalah tandiingan QS. Al Fiil sebagaimana berikut:
اَلْفِيْلُ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْفِيْلُ
* لَهُ زُلُوْمٌ طَوِيْلٌ
Dan Gajah.
Tahukan kamu apa itugajah. Ia memiliki
perawakan yang panjang
Khalid membaca
ayat-ayat tandingan Musailamah sangat kecewa dan dianggap tidak berbobot dan
lebih jauh menstigmanya lebih sesat dari Muhammad.
Ini menandakan
keindahan al qur’an tak tertandingi sampai kapanpun. Dan dalam konteks, alqur’an
yang telah menyebar ke seluruh pelosok dunian termasuk Indoesia, di antara
keindahan Bahasa al Qur’an bahwa kita yang bukan orang arab merasa meni’mati
membaca al Qur’an meskipun sebagian besar bacaannya belum dipahami. Bahkan
membacanya berulang kali khatam. Adakah buku yang dibaca berulang-ulang selain
al QUr’an ?
Wallhu A’lam
Jakarta, 20
Ramaadhan 1445 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar