Sahabat…
Kita sambung kembali kriteria puasa spesial (khowas)
Kelima, ketika berbuka tidak berlebihan dalam meng konsumsi makanan halal, yang berakibat seluruh rongga dalam lambung menjadi penuh. Imam Tirmidzi merwayatkan peringaatan Rasulullah SAW yang bersabda:
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: مَامَلَأَ اَدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا ِمنْ بَطْنِهِ
Artinya : “Tidaklah anak Adam memenuhi suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya.”
Bagaimana mungkin puasa mampu mengalahkan musuh Allah (setan) dan menundukkan syahwat jika berbukanya itu hanya berfungsi sebagai pindahnya waktu makan dari siang hari menjadi malam hari ? Bahkan kuantitas dan kualitasya lebih besar dibandingkan ketika tidak berpuasa. Pola makan bagi orang yang berpuasa seperti itu akhirnya menjadi tradisi menyajikan makanan yang lebih enak dan bergizi pada bulan Ramadan. Perpindahan waktu makan seperti ini secara fungsional mengabaikan tujuan puasa. Sebab tujuan berpuasa adalah mengistirahatkan perut dan menundukkan hawa nafsu untuk memperkuat diri dalam melakukan ibadah dan memperkuat ketakwaan. Perut dan lambung yang -karena berpuasa- itu kosong pada siang hari, jika malam harinya diisi dengan makanan yang bergizi dan lezat, itu akan berakibat kuat dan bergeloranya nafsu yang tentu akan mendorong perbuatan dosa. Andaikan perut dan lambung itu diisi dengan makanan yang relatif minimal sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan, niscaya gejolak syahwat itu akan teredam dan lebih tenang. Maka di antara hikmah dan tujuan puasa tidak akan bisa dicapai, kecuali dengan cara meminimalisir konsumsi makanan.
Keenam, Pasca berbuka puasa hendaknya hatinya berharap-harap cemas (antara raja’ dan khauf), sebab tidak ada yang tahu apakah puasanya itu diterima, sehingga ia naik derajat menjadi manusia yang didekatkan pada Allah (al-muqarrabin) atau puasanya ditolak, sehingga ia turun derajat menjadi manusia yang dimurkai-Nya?. Perasaan seperti ini seharusnya muncul pasca melakukan setiap ibadah.
Sebagian ulama menyatakan; : “Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi mereka sebenarnya berbuka”, yaitu orang yang lapar dan haus namun anggota badannya dibiarkan bebas untuk melakukan perbuatan dosa. Dan “banyak orang yang sepertinya berbuka namun mereka berpuasa”. Yaitu orang yang menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan dosa namun mereka tetap makan dan minum.
Dalam konteks pengertian puasa seperti di atas Rasulullah bersabda :
اَلصَّوْمُ اَمَانَةٌ فَلْيَحْفَظْ أَحَدُكُمْ أَمَانَتَهُ
Artinya : “Puasa adalah amanat, karena itu salah seorang di antara Anda hendaknya menjaga amanat puasa tersebut” (HR. al-Kharaithi)
Wallahu A’lam
Jakarta, 14 Ramadhan 1445 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar