Sahabat..
Dalam kitab ايها الولد karya imam Ghozaly, dikisahkan bahwa "Allah ingin menampakkan kepadav para malaikat terhadap hamba-NYA dari bani Israil yg sdh menyembah Allah selama 70 tahun. Allah berkata pada seorang malaikat, "Datangi hamba tersebut dan beritakan kepadanya bahwa ibadah yang dia lakukan selama ini tak layak untuk masuk surga." Ketika info ini diterima oleh hamba Allah tersebut dia menjawab
" نحن خلقنا للعبادة فينبغي لنا أن نعبده "
"Kita semua ini diciptakan oleh NYA semata mata untuk beribadah. Maka sudah seharusnya bagi kita untuk beribadah kepadanya".
Bagi si hamba ini urusannya adalah ibadah masuk surga atau tidak bukan tugasnya, tapi itu kebijakan/rahmat Allah. Dan si hamba tersebut tidak bergeming tentang info malaikat tersebut, dan dia terus beribadah.
Hal tersebut sampai kepada Allah Yang Maha Tahu dan Kemudian Allah mengatakan kpd malaikat:
إشهدوا يا ملائكتي أني قد غفرت له"
Saksikan wahai para malikat-KU. Aku teah mengampunkan dosa2 hamba-KU tsb.
Kisah tersebut memberikan penjelasan bahwasanya ibadah sesuatu yang mutlak menjadi kebutuhan hamba kepada sang Pencipta, ibadah tidak bisa dijadikan alat tukar dengan rizki, ni'mat bahkan surga sekalipun. Tidak mesti orang yang baik kualitas dan kuantitas ibadahnya berbanding lurus dengan berbagai anugerah dan ni'mat yang Allah karuniakan. Dengan ibadah hanya berharap rahmat Allah dan rahmat Allah meliputi seluruh jagad raya alam ini. Maka patut direnungkan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan :
لن ُيدخل أحدكم الجنةَ عمله, قالوا: و لا أنت يا رسول الله، قال , و لا أنا، إلا أن يتغمدني الله برحمته
Amal seseorang tak akan membuatnya masuk surga, para sahabat yang hadir saat itu bertanya :termasuk engkau wahai Rasul ? dan beliau menjawab, iya termasuk aku, hanya saja Allah selalu menyelimutiku dengan rahmatNya.( HR Bukhary)
Setidaknya hadits ini menjelaskan 3 hal
- Ajaran Rasulullah SAW tentang tawadlu’ ketika berbicara tentang amal pribadi, sehingga jangan sampai salah satu umatnya, merasa berhak masuk surga dengan ilmu dan amalnya.
- Hanya para nabi dan rasul yang jelas jelas ma’sum (liat kalimat ini إلا أن يتغمدني الله برحمته)
- Amal dan prestasi bukanlah sebuah harga yang bisa kita bayarkan untuk menebus surga.
Kalau amal kita gak bisa menjadi sebab kita ke surga, lalu untuk apa Allah memerintahkan kita dengan kewajiban ini dan itu melarang kita dengan keharaman ini dan itu?
Allah adalah pencipta dan penguasa semesta, kita ini cuma hamba-hambaNya, Allah adalah raja kita, sebagai budak tentu saja kita harus ikut apa yang raja dan majikan kita kehendaki.
Sekali lagi, amal dan prestasi bukan alat tukar untuk surga, penggunaan alat tukar hanya ada dalam hubungan yang sepantaran, sepadan, selevel dari kedua belah pihak, seperti kita dan teman-teman atau saudara kita.
Sedangkan hubungan kita dengan Allah adalah hubungan antara Raja dan budaknya, jadi cukup dibangun dengan ketaatan kita, masalah kita dimasukkan kesurga atau tidak itu hak sang raja.
Itulah sebabnya yang kita andalkan adalah kasih sayang Allah, bukan mengandalkan amal ibadah kita.
Kalau begitu, amal gak perlu banyak banyak ya ?
Sesuai dengan yang sudah kita bahas diatas, betul amal gak perlu banyak banyak. Tapi apa kita tidak ingin memberikan persembahan ke Dzat yang sedang kita harapkan cintanya ?. Bukankah itu yang kita ikrarkan setiap hari. Kalimat yang kamu ucapkan ketika shalat :
إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Wallahu A'lam
Jakarta, 25 Ramadhan 1445 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar