Senin, 08 April 2024

MEMAKNAI IDUL FITRI

 Sahabat...

Suka cita yang terkespresikan bagi ummat Islam yang merayakan Idul Fitri merupakan hal yang lumrah dan menjadi hal yang biasa kita saksikan. Kebahagiaan membuncah seolah  sebagai sebuah kemenangan atas perjuangan dan harapan. Perjuangan melawan hawa nafsu dan harapannya adalah dikukuhkannya kita sebagai manusia muttaqin.

Maka sebelumnya kita peru mengeloborasi makna fitri yang tersemat pada kata Idul Fitri  yang bisa bermakna adalah asal kejadian sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar Rum/30 : 30

فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّینِ حَنِیفا فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِی فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَیۡهَاۚ لَا تَبۡدِیلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَ ٰلِكَ ٱلدِّینُ ٱلۡقَیِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا یَعۡلَمُونَ

Artinya. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

 Penyebutan dan pengucapan Idul Fitri,  mestinya mengingatkan kepada kita tentang asal kejadian; siapa saya? dari mana saya berasal ? dan ke mana saya akan berakhir.

Sejatinya manusia menyadari, bahwa asal kejadian manusia dari dua hal, yaitu ;

a. unsur tanah yang  membentuk  jasadiah dan fisik kita. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Taha : 55

مِنۡهَا خَلَقۡنَـٰكُمۡ وَفِیهَا نُعِیدُكُمۡ وَمِنۡهَا نُخۡرِجُكُمۡ تَارَةً أُخۡرَىٰ

Artinya : “dari bumi (tanah) Itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.”

Tanah merupakan alam materi, bentuk fisik dan jasad. Semua ciptaan Allah yang berada di alam materi tunduk kepada hukum-hukum Allah yang terbentang di alam raya.Bukankah matahari yang begitu besarnya Allah ciptakan tidak pernah menampakkan dirinya di pagi hari dari sebelah barat? Bukankah bulan akan menampakkan dirinya secara sempurna di setiap tanggal 15 pada bulan qomariah ? Adakah api di alam dunia ini yang terasa dingin? Ketidakmungkinan itu disebabkan karena mereka tunduk kepada hukum Allah yang berada di alam raya yang disebut dengan sunnatullah

 b. unsur ruh

Ruh yang bersemaayam pada jasad manusia juga telah mengambil kesaksian untuk meng-Esa-kan Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam  QS.Al A’raf/7 : 172

وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِیۤ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّیَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ شَهِدۡنَاۤۚ أَن تَقُولُوا۟ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِینَ

Artinya :  “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Maka sepatutnya saat merayaakan Idul Fitri, kita mengingat akan asal kejadian kita sehingga mengantar kita pada kesimpulan bahwa tidak sepatutnya manusia ingkar kepada Allah SWT. Tetapi persoalan keimanan adalah proses yang harus diupayakan. Keimanan tidak bersifat otomatis.Manusia bukanlah robot dan bukan benda mekanik yang ketika keluar dari pabrik dia akan langsung bekerja sesuai program yang telah dirancangnya. Manusia hanya diberikan potensi sehingga manusia bisa memilih jalan kebaikan atau keburukan pilihannya.

Wallahu A'lam

Jakarta, 28 Ramadhan 1445 H

Sabtu, 06 April 2024

HARTA DAN KEWAJIBANNYA

Sahabat...

Harta merupakan bagian dari anugrah dan ni'mat dari Allah SWT. Sepatutnya sikap yang dikedepankan saat menerima ni'mat adalah bersyukur. Artinya mampu memanfaatkan harta yang Allah SWT berikan untuk kebaikan. Karena bisa jadi seseorang yang memiliki harta, justru kufur minimal dalam pemanfaatannya. Karena sebaik-baiknya harta apabila ditangan orang yang baik pula. Rasulullah SAW bersabda :

نعم المال الصالح للرجل الصالح" .
Sebaik baik harta yang soleh adalah yang dimiliki oleh orang yang soleh. (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)

Orang yg baik atau sholeh itu akan menggunakan hartanya untuk hal-hal yang positif seperti membangun masjid dan sebagainya. Begitupun sebaliknya. Karena harta termasuk bagian dari fitnah (QS. Al Anfal/8 : 28 dan  QS AT-Taghabun/64 : 15). Menyadari harta bisa menjadi sebab fitnah maka orang sholeh akan menjaga dan menunaikan kewajiban atas harta yang dimilikinya, yaitu zakat. 

Tidak sedikit orang yang lalai atas kewajiban zakat. Padahal zakat berfungsi untuk menyucikan dan menumbuhkan harta yang dimilikinya (QS. At Taubah/9 : 103). Jadi sama sekali memberikan keuntungan bagi orang yang mengeluarkan zakatnya.

Zakat merupakan bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, yang tujuannya adalah sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan memperkuat rasa persaudaraan di antara sesama Muslim. Maka baik muzakki maupun mustahik mendapatkan manfaat dari ibadah zakat. Mustahik mendapatkan manfaat atas penerimaan harta dari muzakki, dan muzakki-pun mendapatkan ketenangan karena zakat bukan hanya sekadar kewajiban finansial, tetapi juga menjadi sarana untuk membentuk masyarakat yang adil dan saling peduli.

Padahal Rasulullah SAW sudah memberikan informasi ancaman tentang orang yang enggan membayar zakat. Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَة َ(وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَيۡرٗا لَّهُمۖ بَلۡ هُوَ شَرّٞ لَّهُمۡۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِۦ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ)
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah -Azza wa Jalla-, lalu ia tidak menunaikan zakatnya, maka hartanya akan berubah pada hari Kiamat menjadi seekor ular berkepala putih (kerana banyak racunnya) serta memiliki dua titik hitam di atas matanya atau dua taring, lalu memakan dengan kedua tulang rahangnya (taringnya) pada hari Kiamat, lalu menyatakan, ‘Akulah harta simpananmu, akulah harta simpananmu’.” Kemudian baginda membaca ayat ini: “Dan jangan sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta benda yang telah dikurniakan Allah kepada mereka dari kemurahanNya, menyangka bahawa keadaan bakhilnya itu baik bagi mereka. Bahkan dia adalah buruk bagi mereka. Mereka akan dikalungkan (disiksa) dileher mereka apa yang mereka bakhilkan itu pada hari kiamat kelak.” (QS: Ali Imran: 180). (HR Bukhari)

Harta tak lain hanyalah titipan, semestinya setiap orang memahami filosofi  tukang park yang sangat gembira saat ada mobil mampir di arena parkirannya, pertanda ada rezeki yang menghampirinya. Akan tetapi, ia hanya bisa memandang dan menjaganya, atau sekedar menghantarkan atau memidahkannya, tidak lebih dari itu. Kemudian, ketika si pemilik mobil mengambil mobilnya, dengan ikhlas si tukang parkir mempersilahkannya, karena memang mobil itu bukan miliknya.

Maka ketika kita menyadari bahwa harta benda adalah titipan Allah, niscaya keengganan untuk berzakat akan tertepis dengan sedirinya. Sudah banyak bukti, kalau Allah menginginkan kembali hartaNya dari seorang hamba.

Wallahu A'lam
Jakarta, 27 Ramadhan 1445 H

Jumat, 05 April 2024

HARTA DAN FITNAH

Sahabat...

Apa yang kekal di alm dunia ini? 

Sejatinya kehidupan dunia bukanlah kehidupan yang abadi. Kita yang secara nyata sebagai penghuni dunia hakekatnya sedang melakukan perjalanan, melewati titian dari satu titik kesementaraan kepada titik yang lain yang abadi, yaitu kehidupan akhirat. Dunia seumpama jalan yg harus dilalui, untuk itu jangan berhenti di tengah jalan karena akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Di tengah jalan mungkin akan dijumpai mobil dan kendaraan yang bagus dan mahal dan seolah tersenyum memanggil-manggil agar kita berhenti untuk menikmati kesenangan fatamorgana belaka. Di antara kenikmatan fatamorgana dunia adalah harta.

Harta telah menjadi norma bahkan tuhan. Harta menjadi tolok ukur dari segala-galanya. Kesopanan secara spontan bisa muncul karena harta, sebaliknya kejujuran bisa pudar juga karena harta. Ironisnya, saudara kandung bisa lupa kalau keduanya terlahir dari rahim yang sama, juga karena harta. Seorang haji juga melupakan tetesan air mata taubatnya di baitullah juga disebabkan harta. Para penerima amanah juga lupa dengan sumpahnya di bawah naungan Al-Quran, juga karena harta. Bahkan Allahpun ditipu juga karena harta. Na’uzubillah
Harta bisa mengubah segala -galanya, bahkan orang tua-pun serasa muda bila dihadapkan dengan harta sebagaimana telah diingatkan oleh Rasulullah SAW :

قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَىٰ حُبِّ اثْنَتَيْنِ : طُوْلُ الْـحَيَاةِ وَحُبُّ الْمَالِ
Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.. ( HR. Muslim)

Maka yang senantiasa sering dan terus menerus diminta manusia adalah harta (QS. Fushilat/41 : 49) sampai ketika menjelang kiamat-pun kecintaan dan keinginan manusia kepada harta semakin meningkat dan justru sebaliknya yang surut  adalah kedekatannya kepada Allah SWT, sebagaimana diisyaratkan Rasulullah SAW dalam haditsnya dari Ibnu Mas'ud :

اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَلَا يَزْدَادُ النَّاسُ عَلَى الدُّنْيَا إِلَّا حِرْصًا، وَلَا يَزْدَادُوْنَ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا
Hari Kiamat semakin dekat, dan tidak bertambah (kemauan) manusia kepada dunia melainkan semakin rakus, dan tidak bertambah (kedekatan) mereka kepada Allâh melainkan semakin jauh. (HR. Hakim)

Maka tampaklah dari isyarat yang Rasul sampaikan, bahwa harta akan menjadi sumber kehancuran dan kehinaan seseorang. Dan seringkali seseorang ingin menggapai harta dengan menghalalkan segala malam cara dan tidak memedulikan norma dan aturan. Kolaborasi dengan berbagai macam pihak, kolusi penguasa dan pengusaha, menebar komisi di sana-sini, dan menstigmatisasi kepada sekelompok orang yang ingin menyadarkannya. Sudah hilang rasa malu mereka sehingga berbuat maksiat terang-terangan dan terus menerus. ( QS.Al Qiyamah/76 : 5) Tentu kita tidak habis pikir bagaimana seseorang bisa korupsi 271 trilyun sementara masyarakat mengeluh tingginya harga kebutuhan pokok. Rasanya tidak mungkin mega korupsi itu dilakukan hanya segelintir orang, melainkan melibatkan beberapa pihak. Maka sahihlah apa yang disabdakan Rasulullah SAW :

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِيْ الْـمَـالُ
Setiap ummat memiliki fitnah (ujian), dan fitnah ummatku adalah harta.(HR. Imam Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban)

Dalam hadits riwayat Imam Ibnu Bazaar, Rasulullah SAW mengingatkan :

إِنَّمَا أَهْلَكَ مَـنْ كَـانَ قَبْلَكُمُ الدِّيْنَارُ وَالدِّرْهَمُ، وَهُمَا مُهْلِكَاكُمْ
Sesungguhnya dinar dan dirham telah membinasakan orang-orang sebelum kalian dan keduanya juga membinasakan kalian. 


Wallahu A'lam
Jakarta, 26 Ramadhan 1445 H.

IBADAH = KEBUTUHAN

Sahabat.. 

Dalam kitab ايها الولد karya imam Ghozaly, dikisahkan bahwa "Allah  ingin menampakkan kepadav para malaikat terhadap hamba-NYA dari bani Israil yg sdh menyembah Allah selama 70 tahun. Allah berkata pada seorang malaikat, "Datangi hamba tersebut dan beritakan kepadanya bahwa ibadah yang dia lakukan selama ini tak  layak untuk masuk surga." Ketika info ini diterima oleh hamba Allah tersebut dia menjawab 

" نحن خلقنا للعبادة فينبغي لنا أن نعبده "

"Kita semua ini diciptakan oleh NYA semata mata untuk beribadah. Maka sudah seharusnya bagi kita untuk beribadah kepadanya"

Bagi si hamba ini urusannya adalah ibadah masuk surga atau tidak bukan tugasnya, tapi  itu kebijakan/rahmat Allah. Dan si hamba tersebut tidak bergeming tentang info malaikat tersebut, dan dia terus beribadah.

Hal tersebut sampai kepada Allah Yang Maha Tahu dan Kemudian Allah mengatakan kpd malaikat: 

إشهدوا يا ملائكتي أني قد غفرت له"

Saksikan wahai para malikat-KU. Aku teah mengampunkan dosa2 hamba-KU tsb.

Kisah tersebut memberikan penjelasan bahwasanya ibadah sesuatu yang mutlak menjadi kebutuhan hamba kepada sang Pencipta, ibadah tidak bisa dijadikan alat tukar dengan rizki, ni'mat bahkan surga sekalipun. Tidak mesti orang yang baik kualitas dan kuantitas ibadahnya berbanding lurus dengan berbagai anugerah dan ni'mat yang Allah karuniakan. Dengan ibadah hanya berharap rahmat Allah dan rahmat Allah meliputi seluruh jagad raya alam ini. Maka patut direnungkan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan :

لن ُيدخل أحدكم الجنةَ عمله,  قالوا: و لا أنت يا رسول الله، قال , و لا أنا، إلا أن يتغمدني الله برحمته

Amal seseorang tak akan membuatnya masuk surga, para sahabat yang hadir saat itu bertanya :termasuk engkau wahai Rasul ? dan beliau menjawab, iya termasuk aku, hanya saja Allah selalu menyelimutiku dengan rahmatNya.( HR Bukhary)

Setidaknya hadits ini menjelaskan 3 hal 

  1. Ajaran Rasulullah SAW tentang tawadlu’ ketika berbicara tentang amal pribadi, sehingga jangan sampai salah satu umatnya, merasa berhak masuk surga dengan ilmu dan amalnya.
  2. Hanya para nabi dan rasul yang jelas jelas ma’sum (liat kalimat ini إلا أن يتغمدني الله برحمته)
  3. Amal dan prestasi bukanlah sebuah harga yang bisa kita bayarkan untuk menebus surga.

Kalau amal kita gak bisa menjadi sebab kita ke surga, lalu untuk apa Allah memerintahkan kita dengan kewajiban ini dan itu melarang kita dengan keharaman ini dan itu? 

Allah adalah pencipta dan penguasa semesta, kita ini cuma hamba-hambaNya, Allah adalah raja kita,  sebagai budak tentu saja kita harus ikut apa yang raja dan majikan kita kehendaki.

Sekali lagi, amal dan prestasi bukan alat tukar untuk surga, penggunaan alat tukar hanya ada dalam hubungan yang sepantaran, sepadan, selevel dari kedua belah pihak, seperti kita dan teman-teman atau saudara kita.

Sedangkan hubungan kita dengan Allah adalah hubungan antara Raja dan budaknya, jadi cukup dibangun dengan ketaatan kita, masalah kita dimasukkan kesurga atau tidak itu hak sang raja. 

Itulah sebabnya yang kita andalkan adalah kasih sayang Allah, bukan mengandalkan amal ibadah kita.

Kalau begitu, amal gak perlu banyak banyak ya ?

Sesuai dengan  yang sudah kita bahas diatas, betul amal gak perlu banyak banyak. Tapi apa kita tidak ingin memberikan persembahan ke Dzat yang sedang kita harapkan cintanya ?. Bukankah itu yang kita ikrarkan setiap hari. Kalimat yang kamu ucapkan ketika shalat :

إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

Wallahu A'lam

Jakarta, 25 Ramadhan 1445 H


Kamis, 04 April 2024

TERCIPTA UNTUK BERIBADAH

Sahabat... 
Untuk apakah kita diciptakan? 
Allah telah menegaskan dalam QS. Adz Dzariyat/51 : 56 bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah. 
Maka sejatinya ibadah merupakan kebutuhan manusia sehingga dengan ibadah ini menjadi kemuliaan bagi seseorang dan ibadah seumpama mahkota yang menjadi kebanggaan bagi seseorang di hadapan yang lainnya. Demikian yang dilukiskan Imam Ibnu Katsir  dalam tafsirnya:

هي شرف للعبد، وتاج يفتخر به أمام العالمين
Karenanya dimensi ibadah sangat luas, dan semestinya semua aktifitas kebaikan dan bernilai penting dalam kehidupan seseorang diniatkan sebagai bagian dari ibadah, bukan sekedar aktifitas rutinitas belaka. 
KH Ahsin Sakho Muhammad, sebagaimana dimuat dalam NU Online, menjelaskan bahwa ibadah terbagi menjadi beberapa macam :
Pertama, ibadah mahdlah (murni) dan ghair mahdlah (tidak murni). 
Kedua, lazimah (untuk diri sendiri ) dan muta'addiyah (dirasakan manfaatnya oleh orang lain).
Ketiga, ada ibadah yang fardlu, wajib ada yang sunnah. 
Keempat, ada yang ta'bbudi (murni ketaatan kepada Allah walau tak tak tahuhikmahnya) dan ta'aqquli (bisa dicerna hikmahnya oleh akal). 
Kelima: ada yang bersifat harian, mingguan, tahunan dan seumur hidup. Keenam, ada yang bersifat qalby-lisani, qalbi -jismani, qalbi-maaly, qalby- nafsi, qalbi - syaamil lil jami'. 
Semua bentuk ibadah itu menunjukkan bahwa Allah ingin mengatur manusia agar seluruh waktu, seluruh perilaku manusia, hendaknya dicurahkan untuk berinteraksi dengan Allah. 

Wallhu A'lam
Jakarta, 24 Ramadhan 1445 H

Selasa, 02 April 2024

AL QUR'AN BERTUTUR KISAH

 Sahabat…

Pernahkah anda membaca kisah masa lalu? Tentunya pernah. Tetapi tidak semua kejadian masa lalu menjadi kisah dan sejarah bagi seseorang. Seringkali secara subjektif manusia menetukan suatu kejadian menjadi kisah dan sejarah bagi dirinya dan mengabaikan bahkan melupakan kejadia-kejadian lain dari ingatannya. Apapun kisah dan sejarahnya, bagi peminatnya, sungguh sangat mengasikkan untuk dibaca dan dipelajari.

Al Qur’an juga memuat kisah-kisah dan sejarah masa lalu. Tentunya al Qur’an bukanlah buku sejarah tetapi memuat informasi sejarah. Dan yang tertuang dalam al Qur’an pasti benar terjadinya peristiwa itu, dan tentu saja kisah dan sejarah dalam al Qur’an bukan dongeng  belaka sebagaimana anggapan orang-orang kafir (QS. Al An’am/6 : 25)  yang dibantah Allah dalam QS. Ali Imran/3 : 62 bahkan kisa-kisah itu disampaikan dengan sangat baik (QS. Yusuf/12 : 3)

Prof. Nadirsyah menyatakan bahwa dalam al Qur’an ayat-ayat yang berisi kisah sejarah lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayat hukum karena memang pada dasarnya manusia senang mendengar, membaca dan menyaksikan kisah. Di antara tujuan utama pemuatan kisah-kisah dan sejarah dalam al Qur’an sebagaimana diurai oleh Manna’  Khalil Qattan adalah untuk menampakkan kebenaran nabi Muhammad SAW tentang dakwahnya nabi-nabi terdahulu. Artinya bagaimana mungkin seseorang yag ummi yang tdak pernah berguru dapat megungkapkan sejarah masa lampau dengan sangat amat baik. Selain itu juga bertujuan untuk menyibak kebohongan ahlu kitab yang merombak dan mengubbah isi kitab mereka sendiri sebagaimana diisyaratkan dalam QS. Ali Imran/3 : 93.

Dan pengungkapan kisah dan sejarah esensinya adalah ibrah pelajaran-pelajaran bagi manusia tentang banyak hal (QS. Yusuf/12 : 111) bukan sekedar kepada peristinwanya saja tetapi nilai dan hikmah yang semestinya diambil oleh setiap manusia. Karenanya mengingat begitu pentingnya makna peristiwa an sejarah itu, seringkali al Qur’an mengulang-ulang kisah peristiwa dan sejarah terebut agar pesan-pesaannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Bahkan pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan indikasi betapa besarya perhatian pada peristiwa tersebut. Demikian Manna’ Khalil Qattan menjelaskan

Wallahu A’lam

Jakarta, 23 Ramadhan 1445 H

KEYAKINAN

13 Ramadhan 1446 H   Pada Kisah yang ke-25 dalam kitab  An Nawadir  Imam Qalyubi mengisahkan bahwa ada sekawanan penjahat yang tengah me...