Sahabat...
Suka cita yang terkespresikan bagi ummat Islam yang merayakan Idul Fitri merupakan hal yang lumrah dan menjadi hal yang biasa kita saksikan. Kebahagiaan membuncah seolah sebagai sebuah kemenangan atas perjuangan dan harapan. Perjuangan melawan hawa nafsu dan harapannya adalah dikukuhkannya kita sebagai manusia muttaqin.
Maka sebelumnya kita peru mengeloborasi makna fitri yang tersemat pada kata Idul Fitri yang bisa bermakna adalah asal kejadian sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar Rum/30 : 30
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ
لِلدِّینِ حَنِیفاࣰ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِی فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَیۡهَاۚ لَا
تَبۡدِیلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَ ٰلِكَ ٱلدِّینُ ٱلۡقَیِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَكۡثَرَ
ٱلنَّاسِ لَا یَعۡلَمُونَ
Artinya. Maka
hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
Sejatinya
manusia menyadari, bahwa asal kejadian manusia dari dua hal, yaitu ;
a. unsur tanah
yang membentuk
jasadiah dan fisik kita. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Taha : 55
مِنۡهَا خَلَقۡنَـٰكُمۡ وَفِیهَا نُعِیدُكُمۡ
وَمِنۡهَا نُخۡرِجُكُمۡ تَارَةً أُخۡرَىٰ
Artinya :
“dari bumi (tanah) Itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan
mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang
lain.”
Tanah merupakan
alam materi, bentuk fisik dan jasad. Semua ciptaan Allah yang berada di alam
materi tunduk kepada hukum-hukum Allah yang terbentang di alam raya.Bukankah
matahari yang begitu besarnya Allah ciptakan tidak pernah menampakkan dirinya
di pagi hari dari sebelah barat? Bukankah bulan akan menampakkan dirinya secara
sempurna di setiap tanggal 15 pada bulan qomariah ? Adakah api di alam dunia
ini yang terasa dingin? Ketidakmungkinan itu disebabkan karena mereka tunduk
kepada hukum Allah yang berada di alam raya yang disebut dengan sunnatullah
Ruh yang bersemaayam pada jasad manusia juga telah mengambil kesaksian untuk meng-Esa-kan Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam QS.Al A’raf/7 : 172
وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ
مِنۢ بَنِیۤ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّیَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰۤ
أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ شَهِدۡنَاۤۚ أَن تَقُولُوا۟
یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِینَ
Artinya :
“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Maka sepatutnya saat merayaakan Idul Fitri, kita mengingat akan asal kejadian kita sehingga mengantar kita pada kesimpulan bahwa tidak sepatutnya manusia ingkar kepada Allah SWT. Tetapi persoalan keimanan adalah proses yang harus diupayakan. Keimanan tidak bersifat otomatis.Manusia bukanlah robot dan bukan benda mekanik yang ketika keluar dari pabrik dia akan langsung bekerja sesuai program yang telah dirancangnya. Manusia hanya diberikan potensi sehingga manusia bisa memilih jalan kebaikan atau keburukan pilihannya.
Wallahu A'lam
Jakarta, 28 Ramadhan 1445 H